
Keluarga Marsinah saat berfoto bersama Gubernur Jawa Timur, Bupati Nganjuk, dan Wakil Bupati Nganjuk
SURABAYA, JAVATIMES — Suasana haru dan bangga menyelimuti Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Selasa sore (11/11/2025), saat Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) bersama Pemerintah Kabupaten Nganjuk (Pemkab Nganjuk) menggelar tasyakuran atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Marsinah, tokoh buruh perempuan asal Nganjuk yang gugur dalam perjuangan menegakkan keadilan bagi pekerja.
Tasyakuran ini menjadi momen penting bagi masyarakat Jawa Timur, khususnya warga Nganjuk, yang selama lebih dari tiga dekade memperjuangkan agar nama Marsinah diakui negara sebagai simbol keberanian kaum buruh.
Dalam sambutannya, Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam proses panjang pengusulan hingga penetapan Marsinah oleh Presiden RI Prabowo Subianto pada Senin (10/11/2025) bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
“Marsinah adalah cerminan semangat perempuan Nganjuk yang teguh, berani, dan tulus memperjuangkan kebenaran. Ia mengajarkan kepada kita bahwa perjuangan untuk keadilan sosial tidak selalu dengan jabatan tinggi, tapi dengan keberanian dan keteguhan hati,” ujar Marhaen dalam sambutannya yang disambut tepuk tangan panjang para tamu undangan.
Marsinah dikenal sebagai buruh perempuan yang tewas tragis pada Mei 1993 setelah memperjuangkan hak-hak pekerja pabrik tempatnya bekerja. Keberaniannya menuntut keadilan di tengah tekanan kekuasaan menjadikannya simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan, sekaligus ikon gerakan perempuan pekerja Indonesia.
Suasana semakin haru ketika Marsini, kakak almarhumah Marsinah, turut menyampaikan sambutan. Dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca, ia mengucapkan terima kasih atas perjuangan panjang yang akhirnya berbuah pengakuan negara.
“Tiada kata lain selain terima kasih kepada semua pihak — Bupati Nganjuk, Gubernur Jawa Timur, dan semua yang telah membantu perjuangan ini. Akhirnya, adik kami Marsinah mendapat tempat terhormat di hati bangsa,” tutur Marsini dengan air mata bahagia.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam sambutannya menegaskan bahwa proses verifikasi untuk menetapkan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional tidaklah mudah. Diperlukan waktu panjang untuk menelusuri data primer dan dokumen otentik yang membuktikan kiprahnya sebagai pejuang buruh.
“Kalau sekarang mencari data primer mudah, tapi dulu luar biasa sulit, apalagi peristiwa itu terjadi pada tahun 1993. Pemprov Jatim bersama TP2GD Nganjuk dan tim pusat bekerja keras agar semua syarat terpenuhi,” ungkap Khofifah di hadapan undangan yang hadir di Grahadi.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional bagi Marsinah bukan hanya bentuk pengakuan negara atas perjuangan seorang buruh, tetapi juga pengingat bagi bangsa bahwa perjuangan untuk keadilan sosial tidak mengenal batas status, gender, maupun waktu.
Marsinah kini dikenang bukan sekadar sebagai korban ketidakadilan, tetapi sebagai sosok yang menghidupkan kembali semangat perjuangan buruh Indonesia, dari pabrik sederhana di Nganjuk, hingga diabadikan dalam sejarah nasional.
(Ind)

Komentar