| Mahasiswa Universitas Jember bersama dosen pembimbingnya Prof. Erlia Narulita saat melakukan penelitian |
JEMBER, JAVATIMES — Meningkatnya ancaman resistensi antibiotik menjadi tantangan besar dunia medis modern. Namun, harapan baru datang dari kampus Universitas Jember (UNEJ).
Sekelompok mahasiswa lintas fakultas berhasil mengembangkan terapi koktail faga—sebuah formulasi virus pemangsa bakteri—yang digadang mampu menjadi alternatif antibiotik masa depan untuk melawan konsorsium bakteri penyebab penyakit bawaan makanan (foodborne diseases).
Tim inovatif ini terdiri dari tiga mahasiswa Pendidikan Biologi, yaitu Salsabila Jahroh, Adelia Meita, dan Amanda Dwi, serta dua mahasiswa Fakultas Kedokteran, Effand dan Hibban. Mereka tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) di bawah bimbingan Prof. Erlia Narulita, pakar bakteriofag kesehatan dari Universitas Jember.
“Bakteriofag bekerja sangat spesifik terhadap bakteri target tanpa mengganggu mikrobiota sehat di tubuh manusia. Pendekatan ini menjadi solusi yang lebih cerdas dibanding antibiotik konvensional,” jelas Prof. Erlia.
Inovasi dari Laboratorium Menuju Harapan Baru Medis
Dalam penelitian berjudul “Terapi Koktail Faga sebagai Alternatif Antibiotik terhadap Konsorsium Bakteri Patogen Foodborne Disease”, tim ini mengembangkan campuran beberapa jenis faga untuk menyerang bakteri berbahaya seperti Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Staphylococcus aureus.
“Setiap faga biasanya hanya efektif pada satu jenis bakteri. Dengan membuat koktail berisi kombinasi beberapa faga, daya lisisnya menjadi lebih luas dan efektif terhadap berbagai patogen,” terang Salsabila Jahroh, ketua tim riset.
Penelitian dilakukan melalui tahapan ilmiah ketat, mulai dari peremajaan bakteri, purifikasi dan propagasi faga, uji efektivitas, hingga pengujian ketahanan terhadap berbagai kondisi pH dan suhu.
Hasilnya mengesankan — koktail faga terbukti tetap aktif pada berbagai kondisi ekstrem, bahkan pada pH asam (3–5) dan basa (9–11). Aktivitas optimal ditemukan pada pH netral (7), menandakan struktur kapsid faga yang kuat dan tidak mudah terdegradasi di saluran pencernaan.
“Temuan ini membuka peluang besar untuk penerapan terapi faga di dunia medis, terutama pada infeksi akibat beberapa jenis bakteri sekaligus atau kasus yang sudah kebal antibiotik,” ungkap Adelia Meita menambahkan.
Satu dari Sepuluh Tim Terbaik UNEJ
Riset inovatif ini menjadi salah satu dari 10 kelompok PKM Universitas Jember yang berhasil mendapatkan pendanaan dari Kemendikbudristek Diktisaintek tahun 2025. Capaian ini tidak hanya menegaskan kapasitas riset mahasiswa UNEJ, tetapi juga kontribusi nyata perguruan tinggi dalam menjawab persoalan kesehatan global.
Ke depan, tim berencana melanjutkan penelitian dengan uji in vivo untuk menilai efektivitas terapi faga dalam model hewan sebelum menuju tahap klinis.
“Langkah kecil dari laboratorium UNEJ ini bisa jadi awal besar bagi revolusi terapi infeksi di masa depan,” tutur Prof. Erlia optimistis.
Sebagai bentuk luaran dari PKM RE dan dengan dukungan pendanaan dari Kemdiktisaintek 2025, tim ini menargetkan pengembangan lanjutan untuk uji klinis pra-laboratorium serta penyusunan prototipe terapi koktail faga yang kelak bisa diadaptasi dalam sektor kesehatan dan industri pangan.
Inovasi mahasiswa Universitas Jember ini bukan hanya menunjukkan kepiawaian akademik, tetapi juga semangat kolaborasi lintas disiplin dalam menjawab tantangan zaman. Di tengah krisis antibiotik global, “terapi koktail faga” menjadi harapan baru—lahir dari tangan-tangan muda yang percaya bahwa solusi ilmiah bisa bermula dari ruang riset kampus.
(Tim)

Komentar