![]() |
Proyek saluran air di Desa Drenges terlihat terbengkalai |
NGANJUK, JAVATIMES -- Proyek saluran air yang semula diharapkan menjadi solusi banjir di Desa Drenges, Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk, kini justru menjadi sumber masalah baru. Lebih dari sebulan tak ada aktivitas, gundukan tanah hasil galian dibiarkan menumpuk di bahu jalan, mempersempit akses dan menyebarkan debu ke rumah warga.
Tak hanya menggangu kenyamanan, kondisi ini mengancam keselamatan. Lokasi proyek berada tak jauh dari SDN 2 Drenges, membuat orang tua cemas saat anak-anak mereka melintasi jalan yang kini tak lagi aman.
“Sudah lebih dari sebulan tidak ada kelanjutan. Debunya juga parah kalau tidak hujan,” keluh J, salah satu warga yang tinggal tak jauh dari lokasi proyek, Selasa (27/5/2025).
Tanpa Papan Proyek, Tanpa Penjelasan
Ironisnya, sejak awal pengerjaan, proyek ini tidak dilengkapi papan informasi. Tak ada keterangan terkait nilai anggaran, sumber dana, volume pekerjaan, atau kontraktor pelaksana. Proyek berlangsung nyaris tanpa identitas.
“Yang kerja cuma dua atau tiga orang, semuanya warga sini. Tapi sekarang sudah nggak kelihatan lagi,” tambah J.
Pemerintah Desa Terkesan Cuci Tangan
Upaya konfirmasi yang dilakukan tim Javatimes ke kantor desa tidak membuahkan hasil. Pelaksana kegiatan hingga Kepala Desa Drenges, Ach. Saiput, tak tampak di kantor. Pihak yang berhasil ditemui, yakni Kepala Seksi Pemerintahan (Kasipem), justru mengaku tidak tahu-menahu soal proyek.
“Saya tidak diajak bicara,” ujarnya singkat.
Ketika dihubungi melalui pesan WhatsApp, Kepala Desa Drenges justru memberikan jawaban yang mengejutkan. Bukan penjelasan yang diberikan, melainkan respons yang sinis dan defensif.
“Warga mana? Sampean ajak ke saya kalau ada warga saya seng mbebek-i kaya awakmu,” tulisnya, merujuk pada wartawan yang mencoba meminta klarifikasi.
Warga Desak Proyek Dilanjutkan dan Transparansi Dibuka
Ketiadaan informasi dan sikap tertutup dari pihak desa menimbulkan tanda tanya besar soal tata kelola dana publik. Warga kini tidak hanya terganggu secara fisik oleh proyek mangkrak, tetapi juga resah dengan minimnya akuntabilitas pemerintah desa.
“Kami cuma ingin tahu, uang dari mana, untuk apa, kenapa tidak selesai-selesai,” ucap seorang warga lainnya yang enggan disebut namanya.
Warga berharap pemerintah desa segera memberi penjelasan terbuka dan menyelesaikan pembangunan yang terbengkalai demi kenyamanan, keselamatan, dan kepercayaan publik yang saat ini mulai tergerus.
(AWA)