THL Asal Nganjuk Mengaku Gagal Lolos PPPK Meski Bayar Rp 75 juta -->

Javatimes

THL Asal Nganjuk Mengaku Gagal Lolos PPPK Meski Bayar Rp 75 juta

javatimesonline
18 April 2025


Ilustrasi calon peserta PPPK Kabupaten Nganjuk membayar sejumlah uang

NGANJUK, JAVATIMES -- Kehidupan seorang tenaga harian lepas (THL) di Kabupaten Nganjuk berubah menjadi mimpi buruk setelah menjadi korban dugaan penipuan rekrutmen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).


Kerugian yang ditanggungnya mencapai puluhan juta rupiah.


Tak pelak dengan kondisi itu menyisakan luka mendalam bagi korban dan keluarganya, yang awalnya penuh harapan.


Korban bernama Ratu (bukan nama sebenarnya) menceritakan kronologi kejadian dengan penuh keprihatinan.

Kronologi

Diakui Ratu, kejadian bermula saat dia bertemu dengan salah seorang temannya. Saat itu, teman Ratu menjelaskan bahwa jika ingin lolos seleksi PPPK, maka bisa melalui temannya berinisial KW asal Kabupaten Magetan.


Namun karena lokasi Magetan cukup jauh, maka oleh teman Ratu diarahkan ke MM alias Mario yang ditunjuk KW sebagai koordinator PPPK Kabupaten Nganjuk.


Lantas dengan demikian Ratu berkomunikasi dengan Mario, yang kebetulan teman satu kantornya dan ketua paguyuban tenaga harian lepas di Kabupaten Nganjuk.


Bayar Rp 75juta

Saat berkomunikasi itulah Mario menjelaskan bahwa untuk bisa meloloskan seleksi PPPK, maka Ratu diminta membayar Rp 75juta.

Saya bayar Rp 75juta dengan diangsur tiga kali, ungkap Ratu saat ditemui kontributor Javatimes pada Selasa (15/4/2025).


Ratu merinci, angsuran pertama dibayar Rp 5juta, kemudian angsuran kedua Rp 5juta, dan angsuran terakhir Rp 65juta. Kesemua angsuran itu, menurut Ratu dibayarkan di salah satu ruang kantor kecamatan di Kabupaten Nganjuk.

(Uangnya) dihitung kan (oleh Mario), ada saksinya juga. (Lalu Mario bilang) pas gitu, sakseni ya, sakseni (saksikan ya, saksikan), ucap Ratu menirukan Mario.


Setelah membayar uang angsuran itu, selanjutnya Ratu dimasukkan ke dalam WhatsApp group khusus. 


Selang beberapa bulan setelah pembayaran dan dimasukkan ke dalam WhatsApp group khusus, lalu Ratu mengikuti tes PPPK di Kota Surabaya. Di sana, Ratu mengikuti tes sebagaimana dilakukan peserta PPPK lainnya.


Saat mengikuti tes, rupanya ada sembilan orang lainnya yang juga mengikuti jejak Ratu untuk membayar ke KW melalui Mario, termasuk Mario sendiri.


Ratu Gagal Lolos

Selang beberapa bulan setelah tes tersebut, tibalah pada sesi pengumuman pada 31 Desember 2024.


Saat pengumuman berlangsung, hanya satu dari sepuluh nama itu yang berhasil lolos seleksi PPPK, yakni Mario.


Sementara Ratu dan delapan orang lainnya harus gigit jari menerima pil pahit tidak lolos seleksi PPPK.


Atas hal tersebut, lantas Ratu menemui Mario untuk meminta kembali uang yang disetorkannya.

Aku minta kembali uangku, wis karuane (karena sudah dipastikan) aku gak lolos, beber Ratu.


Dibayar Rp 50juta

Usai menagih, Mario selalu menjanjikan hingga akhirnya pada 17 Maret 2025 mulai dibayarkan. Hanya saja, hingga Ratu ditemui media ini, uang tersebut baru dibayarkan Rp 50juta. Sementara sisanya, Ratu diminta untuk menagih ke KW.

Yang Rp 25juta saya dibikinin surat ini, surat pernyataan, disuruh minta sendiri, gitu, kata Ratu.

 

Mario Membantah

Di tempat terpisah, Mario yang dikonfirmasi soal pencatutan namanya membantah jika dirinya terlibat dalam penerimaan uang calon peserta PPPK.

(Saya) tidak (sebagai koordinator PPPK dan) tidak ada (saya menerima uang terkait PPPK), dalihnya saat ditemui Javatimes, Rabu (16/4/2025).


Meski demikian, dia mengaku pernah menerima uang dari Ratu senilai Rp 75juta dari Ratu.


Dalih Usaha Bersama

Menurut Mario, uang itu bukan untuk kelulusan PPPK, melainkan operasional bisnis bersama dengan Ratu dan KW asal Magetan.

Saya tegaskan urusan pribadi, bukan (soal PPPK), aku Mario.


Asline kan kesepakatan dulu, mbak, utang. Usaha lah kasarane, operasional usaha. Lah Rp 75juta, pomo ki engko usahane gagal, operasional gagal, dibalikne kabeh (Uang Rp 75 juta, kalau nanti usahanya gagal, operasionalnya gagal, maka uang dikembalikan semua), imbuh Mario. 


Saat ditanya soal jenis usaha yang dijalankan bersama KW dan Ratu, Mario enggan membeberkannya. Dia berdalih urusan pribadi.

Ya kan usaha pribadi ta mas, pribadi, wis sampean nek pribadi aku emoh (sudah, kalau usaha pridadi saya tidak mau menyebut), kata Mario.


Klaim Selesai

Lebih jauh, Mario menyatakan bahwa soal uang operasional itu sudah selesai dan tidak ada persoalan lagi.

Sudah saya kembalikan Rp 50juta, yang Rp 25juta itu sudah saya berikan semuanya, jadi kan selesai, tandas Mario.



(AWA)