“MENGENAL BAUJI NGANJUK“ KULTIVAR UTAMA KERAGAMAN BAWANG MERAH DI INDONESIA -->

Javatimes

“MENGENAL BAUJI NGANJUK“ KULTIVAR UTAMA KERAGAMAN BAWANG MERAH DI INDONESIA

javatimesonline
21 Oktober 2021


OPINI, Djavatimes -- Kota Bayu merupakan julukan bagi Kabupaten Nganjuk. Berasal dari kata Bayu artinya dalam Bahasa Jawa adalah angin. Nganjuk dikelilingi oleh Gunung Wilis dan Gunung Kendeng, terletak di dataran rendah sehingga udara masih terasa sejuk dan angin yang berhembus juga kencang, didukung oleh kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif untuk tanaman pangan maupun perkebunan. Hal ini mendukung pertumbuhan ekonomi di bidang pertanian, terutama komoditas bawang merah Nganjuk yang disebut Bauji Nganjuk. Menurut Kementerian Pertanian (Kementan), Kabupaten Nganjuk menjadi salah satu daerah fokus pemerintah untuk menyerap bawang merah dan menjadi stok pemerintah tiap tahunnya.
 

Terdapat 750 spesies Allium cepa L.(bawang merah) dari genus besar Allium tersebar di belahan bumi utara, mayoritas dapat ditemukan di Eurasia dan sebagian kecil di Amerika. Terdapat 11 varietas Allium Cepa L. (bawang merah) yang telah terdaftar di Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Bawang merah merupakan komoditas utama sayuran selain cabai, kubis dan tanaman unggulan (boom crop) lainnya. Berdasarkan data FAO Indonesia pernah menduduki negara eksportir Nomor 1 di Asean selama kurun waktu 2010-2014.


KARAKTERISTIK BAUJI NGANJUK

Bauji Nganjuk merupakan kutivar lokal dari Nganjuk, Jawa Timur yang mendukung keragaman bawang merah di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah dipublish oleh penulis dalam jurnal Scopus “Bodiversitas Indonesia” Sebanyak 12 kultivar bibit bawang merah di Indonesia diteliti menggunakan  18 karakter morfologis yang bisa diamati dan menggunakan pengamatan secara molekuler menggunakan PCR dengan 5 primer ISSR. Morfologis adalah pengamatan berdasarkan ciri yang Nampak. Pengamatan morfologis dan skoring mengacu pada deskriptor. Dendrogram hasil analisis klaster berdasarkan karakter morfologis menunjukkan terbentuknya 2 klaster yang dapat dibedakan berdasarkan bentuk umbi, warna kulit umbi, ketebalan kulit umbi, dan struktur dalam umbi. Lima marka ISSR yang digunakan mampu menghasilkan panjang fragmen 100 bp -1500bp dengan primer informatif yakni UBC892 dan UBC895 dapat menghasilkan polimorfisme 100%. Hubungan kekerabatan berdasarkan marka ISSR menunjukkan adanya 2 klaster dengan pola pengelompokan yang berbeda dengan karakter morfologis. Pola pengelompokan tidak berdasarkan wilayah namun dapat dipengaruhi oleh asal pemerolehan bibit lokal atau persilangan, yang menyebabkan terbentuknya keragaman kultivar bawang merah di Indonesia.


Kita dapat mengenali kultivar Bauji Nganjuk ini, berdasarkan Skoring karakter morfologisnya sebagai berikut:

Dokumentasi Nita Fitriana, S.Pd., M.Sc.


KEUNGGULAN BAUJI NGANJUK  

Keunggulan bauji nganjuk dibanding lainnya adalah umur panen antara 60-75 hari artinya panen lebih cepat dibanding bawang merah lainnya. Dalam penelitian ini, umur panen berhubungan dengan jumlah anakan umbi, semakin banyak jumlah anakan umbi dapat dikatakan umur panen semakin lama. Umur panen setiap varietas berbeda bergantung ketinggian tempat penanaman, Nganjuk merupakan dataran rendah sehingga mendukung faktor kecepatan panen.

 

Perbungaan Bauji Nganjuk akan terjadi pada bulan Juli hingga September dengan warna bunga putih. unsur belerang (S) pada pupuk yang diberikan pada tanaman bawang merah mempengaruhi pertumbuhan vegetatif berupa tinggi tanaman, panjang daun, jumlah helai daun, ketebalan umbi dan diameter umbi yang menyebabkan pertumbuhan relatif lebih tinggi

 

Jumlah daun Bauji Nganjuk tergolong sedikit (9-12 helai) sama dengan bawang merah daerah lain yakni Maja Cipanas, Mentes, Pikatan dan Katumi. Jumlah helai daun berpengaruh terhadap jumlah anakan umbi, diameter umbi dan berat umbi. Bentuk umbinya pun broad oval (Bauji, Maja Cipanas, Pancasona, Pikatan, Kramat1, Kramat2 dan Tiron. Keseragaman bentuk umbi dapat dipengaruhi oleh kemurnian benih. Semakin bervariasi artinya benih yang diperoleh kemurniannya kurang.

 

Aroma umbi Bauji Nganjuk diperoleh dari tingkat kepedasan umbi yang dipengaruhi oleh kondisi atau jenis tanah sehingga mempengaruhi informasi genetik kultivar bawang, yang menghasilkan variasi dalam komposisi kimianya. Terdapat tiga kandungan utama karbohidrat dalam bawang merah ini meliputi glukosa, fruktosa dan sukrosa. Konsentrasi glukosa berkorelasi positif dengan preferensi rasa, semakin tinggi kandungan glukosa maka tingkat kepedasan semakin tinggi dan aroma semakin kuat. 



Sedangkan berdasarkan molekuler yakni uji kualitas DNA dilakukan untuk melihat kemurnian DNA yang ditentukan dengan rasio pembacaan spektrofotometer pada 260 nm dan 280 nm pada sampel DNA dengan nilai rentang 1,8-2,2. Pengamatan DNA menggunakan PCR bahwa kultivar bawang merah Bauji memiliki kemurnian DNA A260/A280 sebesar 1,859  dan Konsentrasi  DNA 50µg/ml adalah 378,20 artinya kemurnian DNA Bauji Nganjuk cukup bagus dan merupakan kultivar asli Nganjuk bukan dari persilangan jenis bawang merah lainnya yang ada di Indonesia. 



SARAN
Diharapkan ketika telah mengenal kultivar ini, sebagai masyarakat Nganjuk kita harus bangga dengan Komoditas bawang merah “Bauji Nganjuk ini” yang merupakan potensi  sentra Komoditas Bawah merah Indonesia. Produksi Bawang merah ini harus mendapat perhatian Dinas terkait serta pemerintah Kabupaten Nganjuk untuk dapat dikembangkan lebih baik lagi. Sehingga produksinya semakin optimal. Selama ini penjualan bawang merah Bauji cenderung dalam produk mentah, sementara karakter umbinya yang tipis dapat mempengaruhi keawetan bawang itu sendiri, sedangkan pengiriman antar kota maupun ekspor membutuhkan banyak waktu, agar bawang merah ini tahan lama atau awet dan tidak membusuk, diharapkan ada banyak variasi dalam penjualannya menjadi bentuk produk olahan seperti Bawang goreng herbal dan nabati, Kerupuk bawang warna warni dengan bahan pewarna alami, Tepung bawang merah rempah-rempah, Pasta bawang merah kaya vitamin, Suplemen kesehatan dari bawang merah, atau Parfum ruangan bawang merah herbal dan produk inovatif lainnya dari masyarakat Nganjuk itu sendiri untuk mendukung sektor perekonomian di Kabupaten Nganjuk pada umumnya dan mendukung Ekspor Bawang Merah di Dunia.



Penulis : Nita Fitriana, S.Pd., M.Sc