JAWA TIMUR, JAVATIMES -- Tim investigasi media ini menelusuri dugaan skandal asusila yang diduga melibatkan seorang sopir di perguruan tinggi swasta daerah Madiun berinisial S dan seorang perempuan berinisial SM, yang disebut-sebut sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) asal Kabupaten Magetan.
Rekam jejak keduanya pada Minggu (10/8/2025) memperlihatkan rangkaian aktivitas yang memicu pertanyaan publik — dimulai dari titik awal di area tol Madiun hingga berakhir di sebuah hotel sederhana di Kecamatan Kertosono, Nganjuk.
Awal Perjalanan: Titip Motor di Angkringan Tol Madiun
Sekitar pagi hari, SM terlihat mengendarai sepeda motor Yamaha Nmax berpelat AE dan berakhiran QD. Ia berhenti di tempat penitipan kendaraan di sudut angkringan dekat pintu tol Madiun.
Setelah itu, SM berpindah ke mobil Mitsubishi Xpander berplat AE dan berakhiran BN yang dikemudikan S. Kendaraan ini diketahui beratribut salah satu perguruan tinggi swasta Madiun, namun stiker identitas kampus sengaja ditutup lakban hitam, seolah untuk menghindari sorotan.
Singgah di Hotel Kertosono
Sekitar pukul 10.00 WIB, mobil tersebut terlihat memasuki area parkir sebuah hotel sederhana di Kertosono. Berdasarkan pantauan, keduanya berada di dalam hotel selama kurang lebih satu jam. Pukul 11.00 WIB, mereka keluar dan melanjutkan perjalanan.
Waduk Bening Jadi Tujuan Selanjutnya
Alih-alih kembali ke titik awal, mobil justru berbelok menuju Waduk Bening di wilayah Madiun. S dan SM terlihat berjalan beriringan di lokasi wisata tersebut, meski kunjungannya singkat.
Kembali ke Titik Awal
Pada siang hari, S mengantarkan SM kembali ke tempat penitipan kendaraan awal. SM kemudian mengambil motornya dan meninggalkan lokasi seorang diri, sementara S kembali melanjutkan perjalanan menggunakan mobil yang sama.
Ciri Fisik dan Barang Bawaan
Hari itu, S mengenakan kemeja biru bergaris putih dan jam tangan di tangan kiri. SM memakai batik hijau kombinasi putih, jilbab abu-abu, dan kacamata. Tas yang dibawa SM terlihat sama di seluruh titik perhentian.
Pertanyaan yang Belum Terjawab
Rangkaian pergerakan ini menimbulkan sejumlah tanda tanya. Mengapa kendaraan beratribut kampus harus ditutupi lakban? Apa urgensi pertemuan tersebut hingga harus singgah di hotel selama satu jam?
Pihak perguruan tinggi swasta daerah Madiun maupun instansi terkait belum memberikan pernyataan resmi. Namun publik menilai kasus ini harus diungkap secara transparan demi menjaga integritas lembaga dan mencegah terulangnya dugaan pelanggaran etika serupa.
(Tim)