Warga Putuk Rejo Menolak Proyek SPAM Perumda Tirta Kanjuruhan: “Air Kami, Hidup Kami” -->

Javatimes

Warga Putuk Rejo Menolak Proyek SPAM Perumda Tirta Kanjuruhan: “Air Kami, Hidup Kami”

javatimesonline
04 Oktober 2025
MALANG, JAVATIMES – Ketegangan mencuat di Desa Putuk Rejo, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Warga setempat menolak keras rencana pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) milik Perumda Tirta Kanjuruhan yang akan mengambil sumber air dari Sumber Wadon, salah satu titik vital kebutuhan air masyarakat setempat.

Penolakan itu terungkap saat sejumlah awak media mendatangi lokasi pada Sabtu (4/10/2025). Warga menilai proyek tersebut tidak transparan dan tidak melibatkan masyarakat secara menyeluruh sejak tahap perencanaan.

“Kami tetap menolak pembangunan ini. Air dari sumber ini bukan hanya untuk minum, tapi juga untuk pertanian dari hulu sampai hilir. Kalau debitnya berkurang, kami yang pertama menderita,” ujar salah satu warga dengan nada tegas.

Tanpa Sosialisasi, Surat Perintah Kerja Sudah Terbit

Sejumlah warga mengaku terkejut setelah mendengar kabar bahwa proyek SPAM sudah mengantongi Surat Perintah Kerja (SPK), padahal belum ada sosialisasi resmi kepada masyarakat.
Warga mencurigai adanya kesengajaan untuk mempercepat proyek tanpa membuka ruang dialog.

“Dulu pernah ada perusahaan air minum swasta yang mau ambil air di sini, tapi kami tolak. Sekarang PDAM datang lagi dengan lokasi sama, tapi diam-diam sudah ada surat kerja. Kami merasa tidak dihargai,” tambah warga lainnya.

Sejarah Panjang Air Bersih di Putuk Rejo

Penolakan warga bukan tanpa alasan. Mereka masih menyimpan ingatan pahit tentang tandon PDAM lama yang dibangun sekitar tahun 1980-an namun kemudian ditinggalkan tanpa kejelasan. Warga sempat bertahun-tahun menggunakan air sungai sebelum akhirnya mendapat proyek Water and Sanitation for Low Income Communities (WSLIC) dari pemerintah.

Sejak 2007, WSLIC atau Himpunan Pengelola Air Minum (HIPAM) menjadi penyelamat warga. Selain tarifnya lebih murah dari PDAM, sistem WSLIC bahkan masih mampu memberikan manfaat sosial, seperti penyediaan air gratis untuk tempat ibadah dan bantuan beras bagi warga kurang mampu.

“HIPAM ini bukan hanya air bersih, tapi juga bentuk gotong royong. Kalau nanti PDAM masuk dan mengambil sumber airnya, kami khawatir air berkurang dan petani gagal panen,” tutur warga lainnya.

Ketua HIPAM: “Kalau Mau Sosialisasi, Datanglah dengan Cara yang Baik”

Ketua HIPAM WSLIC Desa Putuk Rejo, H. Abd Rosyid, menegaskan bahwa pihaknya tidak anti terhadap program pemerintah, namun meminta agar PDAM hadir langsung dan menjelaskan manfaat proyek secara terbuka.

“Silakan PDAM datang dan sosialisasi secara humanis. Jelaskan ke warga apa keunggulan dan manfaatnya. Jangan tiba-tiba sudah keluar SPK tanpa komunikasi,” tegas Abd Rosyid.

Ia juga mengungkapkan bahwa selama ini WSLIC berdiri mandiri, meski secara administratif disebut binaan PDAM. Sejak proyek dimulai tahun 2004 dan beroperasi pada 2007, tidak pernah ada pembinaan langsung dari PDAM.

“Kita ini ibarat bayi yang lahir lalu dibiarkan tumbuh sendiri. Tidak ada pembinaan, tapi sekarang tiba-tiba mau mengambil sumber air yang kami kelola,” ujarnya.

Abd Rosyid menambahkan, HIPAM WSLIC Desa Putuk Rejo saat ini melayani sekitar 3.000 sambungan rumah di beberapa desa sekitar Gondanglegi. Ia menilai, jika proyek SPAM benar-benar dijalankan tanpa kajian dan keterlibatan masyarakat, dampaknya bisa serius baik pada ekosistem air maupun ketahanan pangan.

Warga Bertahan, Menanti Sikap Pemkab Malang

Kini bola panas berada di tangan Pemkab Malang. Masyarakat Putuk Rejo menunggu apakah pemerintah akan membuka ruang dialog atau tetap melanjutkan proyek di tengah penolakan warga.

Satu pesan tegas disuarakan oleh warga:

“Air ini bukan hanya sumber kehidupan, tapi juga bagian dari sejarah kami. Jangan jadikan investasi sebagai alasan untuk mengambil hak hidup masyarakat.”





(Tim)