JOMBANG, JAVATIMES – Di balik slogan “Jombang Berkarakter dan Peduli Rakyat”, tersimpan kisah memilukan yang mengguncang nurani publik.
Muhammad Nur Sulton, bocah tujuh tahun asal Desa Temuwulan, Kecamatan Perak, Jombang penderita stunting sekaligus kelainan jantung bawaan hingga kini masih menunggu kepastian perawatan medis, meski sebelumnya telah dijanjikan bantuan langsung oleh Bupati Jombang, Warsubi, S.H., M.Si.
Padahal, saat kunjungan beberapa waktu lalu, Bupati Warsubi berjanji akan memberikan perawatan intensif dan prioritas kepada Sulton di hadapan keluarga dan perangkat desa. Janji itu sempat menyalakan harapan bagi orang tua Sulton yang sudah lama berjuang demi kesembuhan anaknya.
Namun, harapan itu kini tinggal janji. Hingga berita ini diturunkan, operasi jantung yang dijanjikan belum juga terlaksana. Pendampingan yang disebut “intensif” ternyata hanya sebatas pengantaran administratif dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, tanpa tindak lanjut medis yang jelas.
Kades Temuwulan: “Jangan Hanya Janji di Depan Kamera”
Kepala Desa Temuwulan, Totok Joko Purnomo, menilai tindakan Pemkab Jombang jauh dari komitmen yang diucapkan Bupati saat turun langsung ke lapangan.
“Permasalahan Muhammad Nur Sulton sepertinya tidak seperti apa yang sudah diinstruksikan Abah Bupati saat datang ke rumah korban di Desa Temuwulan,” ujarnya kepada Javatimes, Minggu (6/10/2025).
Totok menjelaskan bahwa Pemkab melalui RSUD Jombang sempat mengantar Sulton ke RS Siti Khodijah, lalu dirujuk ke RSUD dr. Soetomo Surabaya. Namun, seluruh urusan administrasi tetap ditangani oleh orang tua pasien tanpa pendampingan berarti.
“Yang terjadi kemarin, korban cuma diantar pihak Pemkab dalam hal ini diwakili RSUD Jombang ke Rumah Sakit Khodijah. Setelah dapat rujukan ke RSUD dr. Soetomo, tetap orang tuanya yang ngurus. Di sana cuma dapat nomor antrean, belum ada kejelasan kapan operasi dilakukan,” terang Totok.
Ia pun menyindir tajam janji perawatan “intensif dan prioritas” yang digaungkan sebelumnya.
“Kalau cuma ngantar, kami dari pihak desa juga bisa. Nggak perlu merepotkan orang Pemkab,” sindirnya.
Koordinasi Antarinstansi Pemkab Dipertanyakan
Pernyataan Totok menjadi kritik terbuka terhadap lemahnya koordinasi lintas instansi Pemkab Jombang.
Meski kasus Sulton sempat menjadi sorotan publik dan viral, belum ada langkah medis konkret yang benar-benar menunjukkan keberpihakan terhadap anak tersebut.
Pihak RSUD Jombang sebelumnya menyampaikan bahwa hasil asesmen medis dari RSUD dr. Soetomo menunjukkan kondisi jantung Sulton tergolong kasus elektif (non-emergency), sehingga operasi tidak dapat dilakukan segera.
“Anak Sulton mendapat urutan ke-128 untuk tindakan jantung anak se-Indonesia Timur. RSUD Jombang akan tetap memberikan pelayanan kesehatan termasuk perbaikan gizi bersama puskesmas. Kami akan terus mengawal selama masa menunggu tersebut,” jelas Direktur RSUD Jombang dalam keterangannya.
Namun, hingga kini Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, dr. Hexawan Tjahja Widada, belum memberikan jawaban atas konfirmasi yang dikirim melalui pesan WhatsApp.
Janji Politik atau Empati Semu?
Kasus ini menimbulkan pertanyaan serius: apakah janji Bupati Warsubi hanyalah bagian dari pencitraan politik, atau benar-benar komitmen kemanusiaan yang akan diwujudkan?
Sulton bukan sekadar angka dalam statistik program penurunan stunting. Ia adalah potret nyata rakyat kecil yang berhak mendapatkan perhatian, perawatan, dan empati nyata dari pemerintah.
Kini, publik menunggu langkah nyata dari Pemkab Jombang.
Apakah Abah Bupati akan menepati janjinya di depan rakyat, atau membiarkan bocah kecil itu terjebak di antara birokrasi, laporan formalitas, dan empati yang hanya sebatas kata?
(Gading)