Kolaborasi UPMS dan Disperindag Kabupaten Nganjuk gelar Pelatihan Redrying dan Threshing
NGANJUK, JAVATIMES – Di tengah derasnya arus persaingan industri hasil tembakau nasional, Pemerintah Kabupaten Nganjuk tak tinggal diam. Melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Pemkab Nganjuk terus mendorong pelaku industri rokok lokal agar mampu bertahan sekaligus naik kelas. Salah satu langkah nyata adalah penyelenggaraan Pelatihan Redrying dan Threshing yang digelar pada 19–22 Agustus 2025.
Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas pelatihan, melainkan bagian dari strategi besar Pemkab dalam memanfaatkan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) untuk pemberdayaan sektor industri daerah.
Lebih istimewa lagi, kegiatan ini melibatkan Universitas PGRI Mpu Sindok (UPMS) Nganjuk sebagai mitra pelaksana. Kehadiran perguruan tinggi lokal menjadikan kegiatan ini memiliki makna lebih dalam: sinergi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha benar-benar diwujudkan.
Bekal Keterampilan untuk Bertahan dan Bersaing
Ketua Panitia Penyelenggara sekaligus Kepala Disperindag Nganjuk, Dra. Sri Handariningsih, M.M., menegaskan bahwa kegiatan ini didesain untuk memberikan bekal nyata kepada tenaga kerja lokal.
“Melalui pelatihan ini, pelaku industri rokok lokal dibekali keterampilan dalam proses redrying (pengeringan ulang) dan threshing (pemisahan tulang daun). Dua hal ini menjadi kunci dalam menghasilkan produk tembakau yang berkualitas sehingga mampu bersaing di pasar yang lebih luas,” tegasnya.
Sebanyak 80 peserta mengikuti pelatihan ini, berasal dari empat perusahaan rokok lokal: PT. Rimba Damai Sejahtera (Berbek), PT. Adhitama Sejahtera Alami (Tanjunganom), PR. Rumput Gajah Wuwu (Pace), dan PR. Mangga Gandeng (Gondang). Jumlah ini mencerminkan antusiasme industri lokal untuk terus berbenah di tengah dinamika pasar yang semakin kompetitif.
Peran Strategis UPMS Nganjuk
Tak hanya soal teknis, pelatihan ini juga menegaskan peran penting perguruan tinggi dalam pembangunan daerah. Rektor UPMS Nganjuk, Dr. Vera Septi Andrini, M.M., melalui wakilnya Ambarwati, S.E., M.Ak. menyampaikan apresiasinya atas kepercayaan yang diberikan Pemkab Nganjuk.
“Kolaborasi ini adalah bukti nyata bahwa sinergi antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan pelaku industri dapat menghadirkan kemajuan bersama. Dengan keterampilan yang lebih baik, kualitas produk akan meningkat, daya saing bertambah, dan tentu berdampak pada perekonomian masyarakat Nganjuk,” ujarnya.
Menurutnya, kehadiran perguruan tinggi dalam kegiatan ini sejalan dengan Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat. UPMS berkomitmen tak hanya mencetak lulusan akademis, tetapi juga menjadi motor penggerak inovasi dan solusi nyata di tengah masyarakat.
Lebih dari Sekadar Pelatihan
Pelatihan ini semakin kaya makna karena juga menghadirkan narasumber dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) Jawa Timur, yang memberikan pemahaman mengenai standar mutu produk tembakau. Hal ini penting agar industri lokal tidak hanya piawai secara teknis, tetapi juga siap menghadapi regulasi dan tuntutan pasar modern.
Dengan adanya kombinasi antara materi teknis dan pemahaman regulasi, para peserta tak hanya belajar mengolah tembakau, tetapi juga diajak melihat gambaran besar industri tembakau ke depan: legal, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Harapan untuk Masa Depan
Sejak lama, rokok kretek lokal telah menjadi bagian dari denyut nadi ekonomi masyarakat Nganjuk. Ia bukan hanya soal produk, tetapi juga menyangkut mata pencaharian ribuan tenaga kerja, mulai dari petani tembakau, pekerja pabrik, hingga para pelaku distribusi.
Melalui pelatihan ini, Pemkab Nganjuk berharap industri rokok lokal bisa semakin kuat, tidak sekadar bertahan, tetapi juga tumbuh menjadi penopang ekonomi daerah. Kehadiran UPMS Nganjuk dalam program ini menjadi tonggak penting, menandai peran strategis akademisi dalam mengawal transformasi industri berbasis potensi lokal.
“Ini bukan akhir, melainkan awal dari langkah panjang. Pemerintah daerah berkomitmen terus hadir mendukung industri lokal agar semakin berkualitas, berdaya saing, dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat,” tegas Sri Handariningsih menutup laporannya.
(AWA)