![]() |
Pembangunan jalan paving di atas saluran irigasi desa |
NGANJUK, JAVATIMES – Kepala Desa Baron, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk, Slamet Indrianto, diduga memberikan izin kepada pengusaha untuk membangun jalan di atas saluran irigasi desa. Keputusan tersebut memicu keluhan warga karena dinilai berpotensi menyebabkan banjir dan gagal panen.
Saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Rabu (30/4/2025), Slamet mengakui bahwa pembangunan jalan paving di area persawahan samping kantor desa dibiayai oleh pihak pabrik. Ia menyatakan bahwa lahan tersebut merupakan milik desa.
“Yang membiayai itu pabrik. Lahannya milik desa,” ujar Slamet kepada Javatimes.
Ketika ditanya dasar pemberian izin tersebut, Slamet berdalih bahwa inisiatif itu bertujuan memudahkan petani mengangkut hasil panen mereka.
“Dulu kan setiap panen orang-orang lewat situ. Nah, saya punya inisiatif, kalau jalannya enak, mungkin petani juga enak (mengangkut) hasil panennya,” dalihnya.
Slamet juga mengklaim bahwa telah dilakukan musyawarah dengan warga sebelum pembangunan dilakukan, bahkan disertai dokumentasi dan berita acara.
“Kita ada musyawarah juga terkait jalan itu. Ada dokumentasinya, ada berita acaranya juga. Nanti saya carikan ya,” ujarnya. Namun hingga berita ini diturunkan, dokumentasi tersebut belum diberikan kepada redaksi.
Warga: Tak Pernah Ada Musyawarah, Irigasi Justru Ditutup
Di sisi lain, sejumlah warga Desa Baron mengaku tidak mengetahui adanya musyawarah yang dimaksud oleh Kades Slamet.
Mereka justru menyayangkan penutupan saluran irigasi yang kini telah dipaving dan dijadikan akses menuju bangunan yang diduga sebagai pabrik.
MR, salah satu warga yang rumahnya dekat area tersebut, menilai penutupan saluran air akan menyulitkan proses pembersihan rutin, dan berpotensi menimbulkan banjir di kawasan sekolah, pasar, dan lapangan desa.
“Sudah beberapa bulan ini saluran air ditutup dan dijadikan jalan. Dulu saluran ini rutin dibersihkan, tapi sekarang jadi sulit. Kalau hujan deras, bisa menyebabkan banjir,” ungkapnya, Sabtu (19/4/2025).
Tak hanya itu, MR juga menyebut bahwa area persawahan di sekitar lokasi mengalami dampak serius. Lahan sewa petani di bagian selatan bahkan dilaporkan gagal panen akibat aliran air yang terhambat.
“Saya menduga jalan ini dibangun untuk mempermudah akses pekerja pabrik, tapi tidak mempertimbangkan dampak ke warga. Dampaknya, sawah di sini sampai gagal panen,” tandasnya.
Anggaran Irigasi Hilang Fungsi
Sebagai catatan, pada tahun 2022, Pemerintah Desa Baron membangun saluran irigasi dengan dana sebesar Rp78.641.510, yang bersumber dari dana desa. Saluran tersebut dirancang untuk mengaliri sawah dan mengantisipasi banjir.
Kini, saluran tersebut tidak lagi terlihat karena telah ditutup dan dijadikan akses menuju pabrik, tanpa drainase terbuka yang memadai. Kondisi ini dikhawatirkan akan memperparah kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi warga jika dibiarkan tanpa evaluasi.
(AWA)