Jolotundo Glamping dan Edu Park |
NGANJUK, JAVATIMES -- Selain dikenal Kota Angin, Nganjuk juga dikenal dengan sejumlah potensi wisata yang menyuguhkan keindahan alam.
Seperti halnya Jolotundo Glamping dan Edu Park, yang berlokasi di Desa Bajulan, Kecamatan Loceret.
Nama wisata itu, akhir-akhir ini viral di media sosial. Bahkan tidak jarang pengunjung dari luar daerah tertarik untuk berlibur di lokasi yang menawarkan keindahan lereng Gunung Wilis itu.
Pengunjung tidak hanya dapat merasakan sensasi menginap di tengah hutan. Melainkan juga dapat mendengarkan suara gemericik air dari aliran sungai yang membelah tenda camping dan kasir.
Namun sayang, hadirnya sebuah lokasi wisata baru yang bisa mendongkrak pendapatan masyarakat sekitar, terindikasi menjadi sarang maksiat bagi pasangan yang sedang dimabuk asmara.
Salah satu alasannya karena areal wisata yang cukup luas tersebut diduga minim penjagaan.
Diakui salah satu karyawan Jolotundo Glamping dan Edu Park, saat pengunjung hendak melakukan reservasi, mereka tidak perlu menunjukkan identitas lengkap.
Pokoknya booking dan bayar, pengunjung bisa menginap (di tenda camping yang disediakan), tutur salah satu karyawan, sebut saja Bunga (bukan nama sebenarnya), baru-baru ini.
Dijelaskan Bunga, para pengunjung bebas menggunakan tenda camping yang dipesan. Bahkan, pengelola juga tidak melarang jika pengunjung yang menyewa tenda membawa makanan dari luar.
Mereka boleh bawa makanan dari luar, karena kami hanya melayani hingga jam 20.00 WIB. Setelah itu semua karyawan pulang, kata Bunga.
Menurut Bunga, meskipun karyawan selesai tugas pada pukul 20.00 WIB. Namun pengelola menempatkan petugas jaga di sekitar area wisata seluas dua hektar tersebut. Hanya saja jumlahnya dua orang.
Dua orang (yang berjaga malam hari), kata Bunga.
Merespon pelayanan pengelola Jolotundo Glamping dan Edu Park, salah satu pengunjung menilai jika apa yang sedang dijalankan pihak pengelola akan berpotensi dimanfaatkan pasangan muda-mudi untuk berbuat asusila.
Sebenarnya tempatnya bagus, asri, sejuk, namun sayang kurang pengawasan. Apalagi sejak awal para penyewa tenda tidak dicek terlebih dahulu identitasnya. Ini yang bisa saja menjadi kesempatan muda-mudi untuk berbuat hal yang terlarang, tutur salah satu pengunjung dari luar daerah yang enggan disebut namanya, baru-baru ini.
Menurut pengunjung, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, maka pihak pengelola tempat wisata khususnya tempat camping untuk memberlakukan aturan yang ketat agar para wisatawan tidak seenaknya saat berada di lokasi wisata tersebut.
Jangan sampai lokasi wisata yang sudah oke ini disalahgunakan, dan membuat citra wisata di Nganjuk tercoreng, pungkasnya.
(Tim)